Ikhtiar BCA Syariah Menjaga Keamanan Data Nasabahnya

 

Ikhtiar BCA Syariah Menjaga Keamanan Data Nasabahnya

Sebagai bank syariah paling adaptif terhadap perkembangan teknologi, BCA Syariah berhasil membangun sistem keamanan digital untuk memastikan nasabahnya tetap aman dan nyaman saat melakukan transaksi digital


Kecenderungan masyarakat untuk melakukan transaksi digital yang lebih praktis dan fleksibel terus menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun.

Dalam laporan Bank Indonesia nilai transaksi digital sepanjang tahun 2022 tumbuh hingga 30,84 persen atau mencapai Rp 399,6 triliun dibanding tahun 2021.

Pertumbuhan transaksi digital yang amat pesat ini juga meliputi nilai transaksi digital di sektor perbankan yang sepanjang tahun 2022 juga ikut meningkat dibanding tahun sebelumnya, hingga menjadi 28,72 persen atau sebesar Rp 52.545 triliun.

Tingginya nilai transaksi digital banking ini pulalah yang menjadikan Indonesia sebagai negara di kawasan Asia Tenggara yang potensinya terus bertumbuh.

Ancaman Kejahatan Siber Dibalik Pertumbuhan Transaksi Digital

Namun dibalik menggeliatnya pertumbuhan transaksi digital itu, terdapat pula ancaman serius yang mengintai setiap waktu, kejahatan siber.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan melihat adanya potensi risiko ancaman siber dan insiden siber yang serius dengan meningkatnya tren pertumbuhan transaksi digital, seiring dengan pemanfaatan teknologi informasi (TI) yang saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Dilansir dari berbagai sumber, serangan siber umumnya mengancam empat sektor utama, yakni: pemerintahan, energi, manufaktur, telekomunikasi dan industri keuangan. Dan, dari empat sektor utama itu, industri keuangan menjadi sektor yang paling sering mendapat serangan siber.

Sederhananya adalah, industri keuangan termasuk perbankan adalah sektor yang menghimpun dana pihak ketiga, sedangkan motivasi utama pelaku serangan siber didominasi oleh faktor finansial.

Ikhtiar BCA Syariah Menjaga Keamanan Data Nasabahnya


Sektor Perbankan Target Utama Kejahatan Siber

Hasil statistik perusahaan keamanan terkemuka Kaspersky menyebutkan di tahun 2022 terdapat sebanyak 304.904 serangan siber yang mengintai bisnis di Asia Tenggara yang berhasil diblokir oleh Kaspersky.

Dan, dari berbagai negara di Asia Tenggara itu, Indonesia menjadi negara tertinggi yang mengalami serangan siber yang berhasil digagalkan Kaspersky, dengan jumlah kasus sebanyak 131.779 kasus.

Kaspersky melihat dua sektor utama yang paling sering menjadi incaran pelaku kejahatan siber yakni; perbankan dan lembaga layanan keuangan.

Data Kaspersky itu juga diperkuat oleh hasil dari Checkpoint Research tahun 2022 yang menyebut sektor perbankan dan jasa keuangan mengalami serangan siber terbanyak sepanjang tahun 2022, dengan rata-rata serangan siber sebanyak 1.131 kali setiap pekannya.

Indikasi sektor perbankan sebagai sasaran utama pelaku kejahatan siber juga dibenarkan oleh CISSReC salah satu lembaga riset keamanan siber terkemuka yang melihat kecenderungan pelaku kejahatan siber mengincar perbankan karena dianggap memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Hasil penelitian CISSReC, pelaku melihat sektor perbankan sebagai target utama karena industri ini memiliki infrastruktur yang amat vital dalam hal ini data dan informasi masyarakat sebagai nasabahnya.

Aksi peretas saat ini bahkan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengindentifikasi calon korbannya dalam mempelajari dan memahami jenis sandi hingga perilaku calon korbannya. 

Selaras dengan CISSRec, tim peneliti dari Global Research and Analysis Kaspersky mengungkapkan AI bisa dimanfaatkan penjahat siber untuk melakukan serangan hingga pada level Advanced Persistent Threat (APT) yang memiliki karakter serangan online canggih yang tertarget.

APT memiliki teknik peretasan yang bersifat kontinu dan mampu berada dalam sistem untuk jangka waktu yang lama sebagai bagian dari upaya peretas untuk mengumpulkan informasi hingga potensi kerentanan.

Melihat tingginya kerawanan kejahatan siber ini pula, OtoritasJasa Keuangan (OJK) meresponnya dengan membuat sejumlah regulasi khusus hingga bekerjasama dengan Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN) sebagai upaya penguatan keamanan siber di sektor keuangan.

Selain itu, OJK dalam upaya mengatasi ancaman siber ini juga telah melakukan mitigasi untuk meminimalisir potensi kerugian, salah satunya dengan menerbitkan surat edaran terkait keamanan sistem perbankan.

Dalam Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 29/SEOJK.03/2022 tanggal 27 Desember 2022 itu, OJK meminta bank untuk menjaga keamanan sistem mereka dari serangan siber serta memiliki kemampuan deteksi dini dan memulihkan keadaan pasca terjadi insiden.

Ikhtiar BCA Syariah Melindungi Data Nasabahnya

Melihat potensi ancaman kejahatan siber yang sangat tinggi itu, BCA Syariah yang dikenal sebagai bank syariah paling adaptif terhadap perkembangan teknologi terkini, terus berupaya menjaga dan melindungi data nasabahnya.

BCA Syariah terus membangun sistem keamanan untuk mengantisipasi ancaman keamanan digital sehingga nasabahnya tetap merasa aman dan nyaman ketika melakukan transaksi.

Direktur Teknologi Informasi BCA Syariah Lukman Hadiwijaya mengatakan pengamanan data menjadi prioritas utama perhatian BCA Syariah sehingga nasabah tetap aman melakukan aktivitas transaksinya.

Terlebih, sampai dengan semester I tahun 2023 ini, sebanyak 63 persen dari total jumlah transaksi nasabah di BCA Syariah dilakukan dengan mobile banking, sehingga membuat BCA Syariah terus membangun sistem keamanan digital yang kuat.

Pengamanan Berlapis di BCA Syariah

Lukman Hadiwijaya menjelaskan, saat ini BCA Syariah menerapkan berbagai pengamanan berlapis ketika hendak melakukan transaksi.

Pengamanan itu bahkan sudah dilakukan BCA Syariah ketika nasabah hendak membuka rekening secara online.

“Proses rekognisi wajah, kode akses hingga m-PIN menjadi sebagian dari upaya pengamanan yang dilakukan oleh BCA Syariah dalam setiap transaksi melalui mobile banking,” jelas Lukman Hadiwijaya.

Selain itu, BCA Syariah juga menerapkan komunikasi yang terenkripsi dengan secure socket layer (SSL) sebagai bagian dari protokol keamanan yang berfungsi untuk melindungi data di internet.

Fraud Detection System di BCA Syariah

Dalam hal pengembangan infrastruktur IT, BCA Syariah juga sudah dilengkapi dengan fraud detection system yang mampu mendeteksi secara cepat tindakan penipuan pada transaksi digital.

Sistem ini mampu mendeteksi ketika akun user atau nasabah dibajak oleh peretas khususnya ketika terjadi transaksi dalam jumlah yang besar diluar kewajaran nasabah hingga kemampuan sistem dalam mendeteksi ketika terjadi pergantian perangkat.

”Sistem ini akan sangat efektif untuk melihat ketika terjadi anomali ketidakwajaran dalam aktivitas transaksi. Dan sistem ini berlangsung secara real time, sehingga nasabah tetap bisa merasa aman dan nyaman ketika bertransaksi melalui mobile banking BCA Syariah,” terangnya lagi.

Upaya Edukasi kepada Nasabah

Selain keamanan berlapis yang dibangun BCA Syariah, anak perusahaan dari PT Bank Central Asia Tbk ini juga terus melakukan upaya edukasi kepada para nasabahnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejahatan siber melalui berbagai tips aman bertransaksi.

“Upaya edukasi yang terus kami lakukan juga menjadi bagian dari upaya untuk membangun dan meningkatkan awareness para nasabah terhadap bahaya dan cara mengantisipasi kemungkinan kejahatan siber,” jelas Lukman Hadiwijaya.

Ikhtiar BCA Syariah Menjaga Keamanan Data Nasabahnya
Foto: Dok. BCA Syariah


BCA Syariah Meraih Sertifikasi ISO 27001:2013

Keberhasilan BCA Syariah membangun sistem keamanan informasi itu pulalah yang membuat BCA Syariah meraih sertifikasi ISO 27001:2013. Sertifikasi ini menjadi sebuah standar yang berlaku internasional terhadap spesifikasi sistem manajemen keamanan informasi.

Sertifikasi ini meliputi penyediaan aplikasi program infrastruktur yang terdiri dari host to host network dan application programming interface (API) hingga upaya edukasi yang dilakukan BCA Syariah kepada para nasabahnya.

“BCA Syariah akan terus berupaya memastikan infrastruktur kami sudah sesuai dengan standardisasi yang mampu menjamin keamanan informasi sehingga nasabah kami tetap aman dan nyaman saat bertransaksi di platform BCA Syariah. Selain itu, proses modernisasi layanan akan kami lakukan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat sehingga layanan digital BCA Syariah semakin mudah diakses dan digunakan oleh nasabah,” kata Lukman Hadiwijaya. (Abitya Akbarsyah)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama