Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Pengrajin Kain Sulam Jelujur di Desa Sungai Langka. foto: Ist

 

Kain Sulam Jelujur adalah warisan luhur yang menjadi penanda dirintisnya program transmigrasi pertama di Indonesia. Berkat Kain Sulam Jelujur ini pula, para pengrajin di Desa Sungai Langka, bangkit bersama melalui warisan budaya yang tetap lestari dan makin mendunia serta sejahtera dengan ditopang jasa pengiriman logistik berkualitas dari JNE.

Pesawaran - Tangan Yeni Kustiawati tampak lincah menyulam benang di sebidang kain berwarna putih membentuk sebuah motif.

Bersama sejumlah kaum perempuan lainnya, Yeni terlihat serius menyelesaikan pesanan Kain Sulam Jelujur beragam motif dengan corak yang indah.

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Pengrajin Kain Sulam Jelujur. Foto: Ist


Sejak tampil di New York Indonesia Fashion Week di Amerika dan Dubai Fashion Week tahun lalu, pesanan Kain Sulam Jelujur buatan sejumlah pengrajin UMKM yang ada di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung, memang seolah tak pernah berhenti mengalir, tak hanya dari berbagai daerah di Indonesia saja tapi juga hingga ke luar negeri.

Yeni bersyukur, kerajinan Kain Sulam Jelujur yang merupakan warisan budaya hasil perpaduan antara kebudayaan masyarakat Lampung dan Jawa yang lahir dari program transmigrasi pertama di Indonesia tahun 1900 ini bisa lestari, sekaligus bisa memberikan penghasilan bagi kaum perempuan khususnya yang ada di Desa Sungai Langka.

“Alhamdulillah, kami tak hanya berhasil melestarikan budaya warisan dari nenek moyang kami, tapi juga mampu memberikan penghasilan yang sangat layak untuk masyarakat disini,” kata Yeni Kustiawati.

Hampir sebagian besar kaum perempuan yang ada di Desa Sungai Langka, kini beralih menjadi pengrajin Kain Sulam Jelujur. Mereka yang awalnya adalah ibu rumah tangga biasa kini bisa berpenghasilan dan mampu meningkatkan perekonomian keluarga, dengan rata-rata pesanan tiap pengrajin hingga 10 kain tiap bulan yang omzetnya mencapai Rp8 juta perbulan.

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Kain Sulam Jelujur dalam bentuk pajangan rumah. Foto: ist


Sejarah Panjang Kain Sulam Jelujur Sungai Langka

Kain Sulam Jelujur tak bisa dipisahkan dari program transmigrasi yang digagas oleh Pemerintah Republik Indonesia pertama kali tahun 1905. Ketika itu, daerah Gedong Tataan menjadi lokasi transmigrasi pertama di Indonesia untuk transmigran asal Pulau Jawa.

Kain Sulam Jelujur adalah sebuah kain hasil perpaduan budaya antara Suku Lampung dan Jawa sehingga membentuk motif-motif yang indah. 

Kain Sulam Jelujur dibuat oleh kaum perempuan yang ikut transmigrasi. Ketika suami mereka tengah menggarap ladang, kaum perempuan mengisi waktu luangnya untuk menyulam kain dengan berbagai motif. Kala itu, motif yang paling dominan adalah tentang lautan, perahu hingga hewan yang identik dengan proses perjalanan mereka ketika melakukan transmigrasi ke Lampung. Beberapa Kain Sulam Jelujur pada masa lampau bahkan dibuat dengan motif yang seperti bercerita tentang kisah-kisah tertentu.

Uniknya, motif yang ada di Kain Sulam Jelujur dibuat tanpa menggunakan pola. Semua desain maupun motif yang ada di kain ini berasal dari insting dan kreativitas sang pengrajin.

Selain itu, benang yang digunakan juga dibuat dengan bahan pewarna alami yang diperoleh dari sejumlah tumbuhan sehingga kian menjadikan Kain Sulam Jelujur memiliki nilai yang tinggi.

Setelah jadi, kain-kain sulam itu kemudian menjadi sebuah pajangan rumah yang indah yang kemudian masih dilestarikan hingga saat ini.

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Kain Sulam Jelujur motif tapis yang sudah dibuat menjadi produk busana wanita. Foto: Ist


Kemampuan membuat Kain Sulam Jelujur ini pula yang terus diwariskan secara turun temurun di Desa Sungai Langka.

Meski demikian, kala itu, hasil kerajinan Kain Sulam Jelujur buatan warga belum dianggap memiliki nilai ekonomi karena hanya dijadikan sebagai pengisi waktu luang bagi kaum perempuan desa setempat.

Sampai kemudian, seorang desainer Lampung, Arismansyah melihat potensi dari Kain Sulam Jelujur yang memiliki nilai warisan budaya berkualitas tinggi yang kemudian menjadikan Kain Sulam Jelujur sebagai bahan untuk membuat busana.

Upaya Arismansyah untuk melestarikan Kain Sulam Jelujur dan mengenalkannya industri fashion yang pada akhirnya membuat Kain Sulam Jelujur dikenal luas dan dijadikan sebagai kain identitas asli masyarakat Kabupaten Pesawaran.

“Saya melihat nilai seni dan nilai estetika yang tinggi dari Kain Sulam Jelujur ini. Nilainya semakin tinggi ketika saya tahu ternyata kain ini adalah sebuah warisan budaya hasil perpaduan antara kebudayaan masyarakat Jawa dengan Lampung yang menjadi penanda dirintisnya program transmigrasi pertama di Indonesia, sehingga begitu istimewa dan perlu terus dilestarikan,” kata Arismansyah.

Namun kala itu, Arismansyah merasa prihatin karena meski kaum perempuan di Desa Sungai Langka memiliki keahlian untuk membuat kain bernilai seni tinggi tapi hanya sebatas untuk pajangan rumah, padahal Kain Sulam Jelujur punya potensi untuk dikenalkan lebih luas, termasuk memberikan penghasilan bagi kaum perempuan di desa setempat.

“Waktu itu, ibu-ibu di Desa Sungai Langka kebanyakan berprofesi sebagai ibu rumah tangga, ada pula yang membantu suaminya bekerja di sawah dan di kebun. Sejak itu, saya tergerak untuk memberdayakan kaum perempuan di desa ini untuk memiliki penghasilan dengan menjadi pengrajin kain sekaligus bersama-sama melestarikan warisan kain wastra ini,” terangnya lagi.

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Arismansyah (paling kanan) menunjukkan Kain Sulam Jelujur dalam pameran busana. Foto: Ist


Arismansyah kemudian secara khusus merancang Kain Sulam Jelujur untuk berbagai produk fashion, mulai dari busana, tas, kopiah dan berbagai produk fashion lainnya.

Tak disangka, respon dari produk fashion berbahan Kain Sulam Jelujur ini begitu tinggi. Banyak pembeli yang tertarik dan ingin tahu lebih jauh tentang Kain Sulam Jelujur.“Saya rancang khusus busana wanita dari Kain Sulam Jelujur, dan ternyata mendapat respon yang baik”.

Keunikan dari Kain Sulam Jelujur, lanjut Arismansyah, tak hanya dari prosesnya yang rumit dan masih dibuat secara manual, tapi juga menggunakan bahan-bahan yang masih alami, seperti benang yang memanfaatkan pewarna dari tumbuh-tumbuhan.

“Inilah khazanah luhur budaya wastra Indonesia yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan sekaligus dikenalkan pada dunia. Dan, untuk menjaganya tetap lestari adalah dengan membangkitkan kembali keahlian para pengrajin Kain Sulam Jelujur agar tidak tergerus zaman, salah satunya dengan menjadikan kerajinan ini sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi tinggi buat para pengrajinnya,” harap Arismansyah.

Kain Sulam Jelujur Ikut Serta New York Indonesia Fashion Week dan Dubai Fashion Week

Kian dikenalnya Kain Sulam Jelujur ini pulalah yang membawanya ke pentas dunia karena tingginya minat industri fashion terhadap khasanah warisan kain wastra yang kaya akan motif hasil kreasi para pengrajin asal Desa Sungai Langka ini.

Pada gelaran New York Indonesia Fashion Week, kain ini bahkan memukau banyak para perancang busana karena desain motifnya yang unik dan kental dengan unsur etniknya.

Begitu pula ketika kain ini dihadirkan dalam Dubai Fashion Week, banyak peserta yang mengagumi keindahan Kain Sulam Jelujur yang masih dibuat secara tradisional dengan citarasa seni yang tinggi.

Diapresiasi Presiden Jokowi dan Menparekraf

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Presiden Jokowi memberikan apresiasi secara khusus kepada pengrajin untuk terus melestarikan kerajinan Kain Sulam Jelujur di Desa Sungai Langka. Foto: Ist


Tak hanya itu saja, dalam gelaran Ina Craft tahun 2021 lalu, Presiden Jokowi dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno secara khusus memberikan apresiasi kepada para pengrajin Kain Sulam Jelujur yang tak hanya mampu mengangkat perekonomian masyarakat desa tapi juga mampu melestarikan warisan budaya luhur yang sudah ada sejak lampau.

Presiden Jokowi bahkan secara khusus meminta kepada para pengrajin Kain Sulam Jelujur untuk terus melestarikan keberadaan Kain Sulam Jelujur sebagai khasanah budaya wastra asli Indonesia.

Demikian juga dengan Menparekraf, Sandiaga Uno yang dalam gelaran Indonesia Fashion Week 2022 sempat memborong puluhan Kain Sulam Jelujur, yang menilai bahwa apa yang telah dilakukan oleh para pengrajin kain ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa.

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
Menparekraf Sandiaga Uno mengenakan selendang Kain Sulam Jelujur. Foto: Ist


Peluang Pasar yang Terus Terbuka Luas

Saat ini, Yeni Kustiawati dan para pengrajin lainnya bersyukur dengan kian dikenalnya Kain Sulam Jelujur tak hanya di Indonesia tapi juga di pasar global. Karena, omzet pemesanan kain ini terus meningkat.

Pemasaran kain ini juga kini merambah  hingga ke Jakarta, Bali, Bandung, Lombok bahkan hingga ke luar negeri seperti Belanda, Dubai dan Amerika.

Bahkan, para pengrajin Kain Sulam Jelujur ini juga pernah diminta secara khusus membuat Kain Sulam Jelujur sepanjang 180 meter oleh pemerintah Belanda yang kemudian dipajang di Bandara Internasional Schiphol Amsterdam serta menjadi koleksi resmi dari Museum Tekstile Belanda.

“Sekarang hampir semua pengrajin kain disini memperoleh pesanan dari berbagai daerah. Dan, Alhamdulillah bisa meningkatkan perekonomian warga di Desa Sungai Langka ini,” tutur Yeni lagi.

Mengandalkan Jasa Pengiriman JNE yang Berkualitas

Yeni juga mengakui kian dikenalnya Kain Sulam Jelujur ini tak terlepas dari dukungan jasa pengiriman yang berkualitas dari JNE.

Ia menyebut proses pengiriman kain buatan para pengrajin di Desa Sungai Langka sepenuhnya mengandalkan layanan dari JNE, karena pengiriman Kain Sulam Jelujur membutuhkan perhatian khusus agar benang-benang sulaman tidak rusak saat proses pengiriman berlangsung.

“Pengemasan kainnya saja harus ekstra hati-hati agar tidak rusak, begitu juga dengan proses pengirimannya pun harus diperhatikan benar agar ketika sampai di pemesan, kondisi kain tetap baik dan bisa diolah untuk berbagai produk fashion. Karena, umumnya pemesan kain ini adalah desainer atau perancang busana yang menjadikan kain ini untuk bahan membuat berbagai produk busana,” jelasnya lagi.

Oleh karenanya, Yeni dan pengrajin Kain Sulam Jelujur memang amat selektif memilih jasa pengiriman logistik yang berkualitas untuk menjaga kondisi kain tetap aman saat dalam proses pengiriman.

“Selama ini mengirim paket dengan JNE selalu aman. Proses pengirimannya juga cepat, harganya juga sangat terjangkau dan banyak pilihan jenis pengirimannya termasuk mengirim ke luar negeri pun bisa. Selain itu, agen JNE juga ada dimana-mana, jadi kami para pengrajin cukup terbantu dengan JNE”.

Pengrajin Desa Sungai Langka Mendunia dengan Kain Sulam Jelujur
32 Tahun JNE Bangkit Bersama


Sumbangsih JNE untuk Kebangkitan UMKM

Beberapa waktu lalu, jasa pengiriman logistik terbesar dan terluas di Indonesia ini merayakan usia #JNE32tahun, banyak capaian dan kontribusi yang telah diberikan JNE untuk Indonesia khususnya bagi para pelaku UMKM yang amat terbantu dengan JNE melalui jaringannya yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri.

Bahkan ketika pandemi Covid-19 terjadi, JNE tetap berupaya memberikan pelayanan yang terbaik untuk para pelaku UMKM sebagai wujud keberpihakan JNE untuk perkembangan industri UMKM di Indonesia sekaligus menjadi cara dan bagian dari kampanye #JNEBangkitBersama menghadapi berbagai tantangan untuk bergerak maju sebagai bangsa yang tangguh.

Dengan mengusung tagline #ConnectingHappiness, JNE terus berusaha menjadi perusahaan jasa logistik yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.

Bahkan dalam peringatan hari jadi JNE yang ke-32 tahun yang mengusung tema Bangkit Bersama, Presiden Direktur JNE M. Feriadi Soeprapto mengajak seluruh komponen bangsa untuk terus bergerak maju, berinovasi dan adaptif dalam menciptakan karya sehingga mampu memberikan kontribusi yang terbaik untuk bangsa Indonesia. (Abitya Akbarsyah)

  

#JNE32tahun, #JNEBangkitBersama dan #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama