Jalan Hijrah Menuju Kaffah...


Merajah tubuh bagi sebagian orang dianggap sebagai ekspresi. Bagian dari seni, entah pula untuk sekedar gagah-gagahan.

Hanya wajah saja yang tak ada warna. Dari mulai kaki hingga dibalik daun telinga kiri Daniel (25), semuanya penuh dengan tato. Seperti akar yang menjalar kemana-mana. Ia menyebut, dibagian kemaluannya pun ada.

Gambarnya pun beragam, mulai dari kawat berduri, lucifer, kelopak bunga lotus sampai tulisan dan deret-deret angka yang tak jelas melambangkan apa. Sedang dibalik daun telinganya pun masih ada rajahan seekor cicak yang meliuk seperti merayap.

Seringkali Daniel selalu terlihat meniup pergelangan tangannya yang dipenuhi tato,”panas,” ujarnya.

Ia hanya bisa menerka, efek jangka panjang dari tinta tato yang menjalar disekujur tubuhnya-lah yang membuat ia selalu merasa panas.

Tato-tato itu, dibuat oleh sesama temannya secara bergantian dengan waktu yang tak beraturan,”pengen aja, kalo liat ada gambar bagus dibuat”.

Mesin tatonya pun ala kadarnya, dari dinamo bekas mainan yang dimodifikasi dan diberi jarum, sedang tintanya diambil dari tinta-tinta pena murahan.

Pada bagian sensitif yang kulitnya amat tipis, Daniel dan kelompoknya harus menenggak berliter-liter tuak yang dioplos dengan minuman energi agar tak merasakan sakit saat jarum tato menembus hingga permukaan tulang.

Sekarang, Daniel seperti malu dengan tato yang ada ditubuhnya, ia bahkan pernah nekat menggosok tato dipunggungnya dengan setrika panas hanya agar gambar bunga lotus sebesar dua kotak rokok itu hilang,”ibu sampai bilang, saya kayak setan”.

Berkali-kali melamar kerja, ia ditolak hanya gara-gara tato, terakhir saat menyerahkan surat lamaran sebagai pegawai di jaringan mini market terkenal, ia langsung diusir satpam.

Sekarang ia harus puas menjalani profesi sebagai ojek online, meski pernah mendapat komentar pedas dari penumpangnya lewat aplikasi yang sempat melihat gelimang tato dilehernya.

...

Yang aneh justru Dewi (16) remaja yang masih berstatus siswi sekolah menengah atas swasta di bilangan Jalan Soekarno-Hatta ini cuek dengan tato dibeberapa bagian tubuhnya.

Di atas mata kaki kanannya ada tato permanen bergambar telapak kaki kucing, sedang di bagian bawah pergelangan tangannya, ada sebuah nama dengan font ukuran kecil ditambah tiga garis memanjang, kemudian di tengkuknya ada tato dua tangkai bunga yang memanjang sekitar 10 cm.

Untuk semua tato yang dibuatnya bersama sang pacar disalah satu gerai tato di salah satu jalan di Bandar Lampung itu, ia harus kucing-kucingan dengan orang tuanya,”kalo ketauan bisa ancur dunia persilatan,” kekehnya.

Untuk apa tato-tato itu?, Dewi menjawab dengan amat santai,”biar couple (berpasangan) dengan cowok gue-lah”.

Ada kebanggaan saat Dewi diminta bercerita tentang tato itu, meski ia sendiri tak bisa menjelaskan untuk apa,”ya keren aja kayaknya”.

..

Bagi sebagian orang tato layaknya bagian dari ekspresi mereka. Imej tato yang awalnya menjadi milik kawanan preman mulai bergeser menjadi bagian dari gaya hidup, penikmatnya dari berbagai lapisan, mulai dari remaja hingga orang tua yang sudah berumur, persentase dari perempuan yang memiliki tato pun tak sedikit.

Tapi, layaknya Daniel, tak sedikit pula yang ingin menghapus tato, sekedar sadar atau bahkan ingin hijrah ke arah yang lebih baik, sedihnya mereka tak tahu dimana dan bagaimana menghapus tato, ditambah lagi kekhawatiran dengan biaya yang mahal untuk menghapus tato yang sudah terlanjur menyatu.

Hal ini pulalah yang mendasari Jhon Edwin untuk menggagas program hapus tato gratis di Lampung,”antusiasnya luar biasa. Ini pula yang mendasari keyakinan untuk membantu sahabat-sahabat untuk hijrah, khususnya di Lampung,” papar Kepala Perwakilan Islamic Medical Service (IMS) Lampung.

Sekretariat IMS di Jalan WR. Supratman, Gedungpakuon, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung pun hampir setiap hari didatangi ‘calon sahabat’ dari sekedar bertanya-tanya dulu sampai pasrah tatonya dihapus.

“Sudah lumayan banyak yang hijrah. Sudah sekitar 700-an orang yang hijrah menghapus tatonya dengan kita”.

Tingginya animo itu pula yang membuat Jhon Edwin menggagas program Lampung Hijrah Fair beberapa waktu lalu di salah satu gedung pertemuan di Bandar Lampung.

Program ini utamanya adalah hapus tato gratis, tak ada syarat khusus untuk hapus tato gratis ini, hanya saja sebelum tato dihapus harus ada surat keterangan bebas HIV, Hepatitis B dan C serta diabetes dari laboratorium.

“Kalau tidak bisa atau tidak tahu cara dapat surat keterangannya, kami bisa bantu buatkan. Buat sahabat, kami memberikan kemudahan-kemudahan untuk membantu mereka hijrah ke jalan yang benar,” tuturnya.

Rupa-rupa orang pernah ia layani, mulai dari kaum perempuan yang ingin menghapus tato sampai pernah menghapus tato yang banyaknya hingga setengah badan.”Pernah kami melayani sahabat yang ingin menghapus tato bergambar zodiak pacarnya yang sudah ditinggal menikah,” kenangnya.

Jhon menerangkan, hapus tato tak bisa dilakukan dalam sekali pertemuan, prosesnya bahkan hingga berkali-kali. Apalagi untuk tato yang berwarna-warni, prosesnya bisa hingga 12 kali pelayanan,”kalau yang warna hitam saja bisa sampai 5 kali proses dengan jarak dari tindakan pertama ke yang selanjutnya minimal satu bulan”.

Hebatnya lagi, IMS tak hanya sekedar memberikan pelayanan hapus tato gratis dan kemudian melepasnya. IMS justru terus melakukan pembinaan mulai dari belajar mengaji dan taklim hingga pemberdayaan ekonomi kepada mereka yang berniat hijrah,”niatnya sampai sahabat-sahabat itu benar-benar kaffah (sempurna) dalam berhijrah ini. Jangan setengah-setengah”.

Ustad Adam Usman LC amat mengapresiasi program ini, menurutnya langkah kecil ini memiliki efek yang besar akan perubahan keimanan seseorang,”ini hijrah yang sebenar-benarnya hijrah. Yang menghapus (tato) dan yang dihapus sama-sama mulia”.

Ia mengutip sabda Rasulullah SAW melalui hadits riwayat Bukhari, Allah melaknat orang yang mentato (mutawasshimah) dan yang minta ditato,”hukumnya haram!. Menyakiti diri sendiri dan tidak bersyukur atas pemberian Allah,” katanya tegas.  (msr)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama